Sejarah Perkembangan Islam Di Jombang


Sejarah Perkembangan Islam Di Jombang
 
            Jombang merupakan sebuah kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan alam dengan kabupaten Mojokerto,Lamongan,Nganjuk dan Kediri. Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Kabupaten Jombang berasal dari legenda pertarungan Kebo Kicak dan Surontanu daerah yang menjadi tempat pertarungan tersebutlah yang sekarang dikenal sebagai Kabupaten Jombang. Masyarakat sekitar mempercayai bahwa kata Jombang berasal dari singkatan bahasa “Ijo lan Abang” yang mempunyai arti “Hijau dan Merah”. Hijau disini berarti mempresentasikan kaum santri dan Merah mewakili kaum abangan atau Kejawen. Mereka memiliki prinsip yang berbeda tapi hidup dengan rukun dan damai dalam satu atap. Ada juga yang menyebutkan bahwa Nama Jombang BERIMAN bukan hanya orang Jombang yang mempunyai iman sangat kuat tetapi kata “BERIMAN” merupakan singkatan dari “Bersih Indah Dan Nyaman”. Oleh sebab itu, Kabupaten Jombang mengutamakan kebersihan dan kenyamanan warga lokal maupun pengujung.  Tidak hanya itu saja, orang Jombang juga terkenal dengan keramah tamahannya. Hal ini juga yang mendukung kata BERIMAN untuk Kabupaten Jombang.
Dalam sejarahnya,Jombang merupakan wilayah yang cukup berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit karena wilayah Jombang merupakan pintu gerbang kerajaan Majapahit. Desa Tunggorono yang sekarang ini dulunya adalah gapura barat, sedangkan desa Ngrimbi merupakan gapura selatan. Dari sejarah ini pula banyak sekali wilayah di Jombang yang menggunakan awalan mojo untuk nama tempatnya seperti : Mojoagung,Mojowarno,Mojojejer,Mojotengah ,Mojongapit dll. Setelah Majapahit kehilangan era dan kejayaanya,agama islam mulai masuk dan berkembang pesat di kawasan Jombang. Kemudian Jombang ini menjadi bagian dari kerajaan Mataram Islam setelah pengaruh Mataram Islam melemah Voc mengambil alih wilayah Jombang untuk dijadikan bagian dari wilayah mereka yang sekitar abad 17. Karena islam berkembang pesat di Jombang terdapat banyak sekali sekolah pendidikan islam atau pondok pesantren di jombang dan telah terkenal di seluruh penjuru Indonesia.
Salah satu pondok pesantren yang terkenal yaitu pondok pesantren Mambaul Maarif Denanyar Jombang
Hasil gambar untuk pondok pesantren denanyar jombang
Pondok Pesantren ini berada di barat kota Jombang berlokasi di tepi jalan raya Jombang Megaluh sekitar 3 km arah barat kota. Sebagai pintu masuk dari wilayah pesisir barat sungai Brantas (Megaluh,Perak,Bandar Kedung Mulyo,Kertosono,Nganjuk), pondok pesantren Denanyar juga terkenal karena didirikan oleh K.H Bisri Syansuri (Mbah Bisri) salah satu dari tiga pendiri tokok Nahdhatul Ulama. Disini juga tempat lahirnya Gus Dur (K.H Abdurrahman Wahid) yang merupakan Presiden Republik Indonesia yang ke 4 tokoh besar Nahdlatul Ulama yang merupakan cucu dari Mbah Bisri. Mbah Bisri syansuri lahir di Pati Jawa Tengah pada tanggal 18 September 1886 dan meninggal di Jombang Jawa Timur pada tanggal 25 April 1980 pada umur 93 tahun. Beliau adalah seorang ulama dan tokoh dari Nadhlatul Ulama (NU). Beliau juga pendiri dari Pondok Pesantren Denanyar Jombang dan terkenal atas penguasaanya dalam bidang fikih agama islam. Mbah Bisri juga berperan aktif dalam perpolitikan antara lain menjadi anggota Komite Nsional Indonesia Pusat (KNIP) mewakili Masyumi menjadi anggota Dewan Konstituate, ketua Majelis Syuro dalam Partai Persatuan Pembangunan dan sebagai Rais Aam NU.Mbah Bisri merupakan anak dari Syansuri dan ibunya bernama Mariah. Beliau adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Beliau memperoleh pendidikan awal di beberapa pesantren local antara lain pada K.H Abdul Salam di Kajen,K.H Fathurrahman bin Ghazali di Sarang Rembang,K.H Kholil di Bangkalan dan K.H Hasyim Asyari di Tebu Ireng Jombang. Saat beliau berkenalan dengan sesame santri yang bernama Abdul Wahab Chasbullah yang kelak juga menjadi tokoh dari Nahdlatul Ulama. Beliau juga mengalami pendidikan di Mekkah dan belajar ke pada sejumblah ulama terkemuka antara lain Syekh Muhammad Baqir, Syekh Muhammad Sa’id Yamani, Syekh Ibrahim Madani,Syekh Jamal Maliki,Syekh Ahmad Khatib Padang,Syekh Daghistani dan Kiai Mahfud Termas. Ketika berada di Mekkah Mbah Bisri Syansuri menikahi adik perempuan Abdul Wahab Chasbullah. Di kemudian hari anak perempuan Mbah Bisri Syansuri menikah dengan KH Wahid Hasyim dan menurunkan KH Abdurrahman Wahid dan Ir.H. Solahuddin Wahid. Sepulangnya dari Mekkah Mbah Bisri menetap di pesantren mertuanya di Tambak Beras, Jombang, selama dua tahun. Beliau kemudian Mendirikan sendiri dan pada tahun 1917 mendirikan Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif di Denanyar, Jombang. Saat itu, Mbah Bisri Syansuri adalah kiai pertama yang mendirikan kelas khusus untuk santri-santri wanita di pesantren yang didirikannya. Beliau juga melakukan pergerakan dan politik. Di sisi pergerakan, ia bersama-sama para kiai muda saat itu antara lain KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Mas Mansyur, KH Dahlan Kebondalem, dan KH Ridwan. Yang kemudian membentuk sebuah klub kajian yang diberi nama Taswirul Afkar (konseptualisasi pemikiran) dan sekolah agama dengan nama yang sama, yaitu Madrasah Taswirul Afkar. Beliau adalah peserta aktif dalam musyawarah hukum agama, yang sering berlangsung di antara lingkungan para Kiai pesantren, sehingga pada akhirnya terbentuklah organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Keterlibatan beliau  dalam upaya pengembangan organisasi Nadhlatul Ulama(NU) antara lain berupa pendirian rumah-rumah yatim piatu dan pelayanan kesehatan yang dirintisnya di berbagai tempat.. beliau KH Bisri Syansuri yang merupakan orang yang teguh memegang fiqih (jurisprudensi Islam) yang ketat tapi tak mempersoalkan kepemimpinan non-Muslim di desanya.Seorang ulama besar murid dari ulama besar pula baik dari Indonesia sendiri maupun Timur Tengah. Dan pada masa Jepang K.H Bisri Syansuri juga terlibat dalam pertahanan Negara yakni menjadi Kepala Staf Markas Oelama di Jawa Timur (MODT) yang berkedudukan di Waru dekat Surabaya.
Dibandingkan dari tiga pondok pesantren lainnya. Pondok pesantren Denanyar memang bisa dikatakan yang paling muda. Pondok pesantren Denanyar dirintis oleh K.H Bisri Syansuri (Mbah Bisri) sekitar tahun 1917. Beliau adalah ulama kelahiran Jawa Tengah. Seusia beliau menimba ilmu agama,beliau mendirikan pondok pesantren Denanyar. Pada awalnya dikhususkan bagi santri putra. Karena pada saat itu tidak lazim ada santri putrid mondok di pondok pesantren. Namun Mbah Bisri akhirnya dengan seizing gurunya mulai membuka pondok pesantren untuk santri putri padaa tahun 1921. Selanjutnya dua tahun kemudian yaitu mulai tahun 1923 Mbah Bisri membuka system pendidikan Madrasah Ibtidaiyah (Setingkat SD) yang bernama Mambaul Huda. Yang selanjutnya berganti nama menjadi Mambaul Maarif. Mulai saat ini pondok pesantren Denanyar juga dikenal sebagai dengan pondok pesantren Mambaul Maarif.
            Sebagai kelanjutan dari sistem pendidikan dasar maka harus ada pendidikan lanjutan. Maka dibukalah Madrasah Tsanawiyah Putra kemudian disusul dengan Madrasah Tsanawiyah Putri. Akhirnya berdasarkan SK Menteri Agama RI No. 24 tahun 1969. Lembaga Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang sebelumnya masih berstatus swasta menjadi negeri yaitu MTSN dan MAN. Tetapi sebagai upaya untuk terus meningkatkan pengembangan institusi pendidikan masa kini dan masa depan maka didirikanlah Madrasah Tsanawiyah Mambaul Ma’arif (status swasta) pada tahun 2000. Dengan menggunakan system kurikulum terpadu yang mengacu pada kurikulum tetap dan kurikulum pesantren dengan spesifikasi ilmu-ilmu agama,bahasa arab dan bahasa inggris. Ada juga sekolah kejuruan dengan nama SMK Bisri Syansuri yang dibuka mulai pada tahun 1999. Disamping itu Yayasan Mambaul Ma’arif juga mendirikan institusi pendidikan penunjang sebagai peletak tata nilai islam dalam mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan. Diantaranya : Taman pendidikan al-qur’an (TPQ), Madrasah diniyah serta Lembaga bahasa arab dan inggris (LBAI).
Visi pendidikan yang dikembangkan Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif adalah mengembangkan tradisi keilmuan pesantren yang bisa mengantarkan lulusan yang mutafaqqih fiddin,kompetitif,dalam menatap masa depan,dinamis,kreatif,berakhlaq mulia serta bermanfaat bagi masyarakat. Di Pondok ini juga terkenal masjid jami’ yang ornamen-ornamen bangunanya semua sudah berbeton semen bangunannya gagah perkasa dan indah. Ada yang lurus mendatar, ada yang lurus menjulang tinggidan ada pula yang bersudut-sudut. Masjid ini juga merupakan rangkaian daftar wasiat dari kiai besar yang menjadi panutan warga denanyar. Disini juga masih menggunakan ciri khas yang hampir sama dengan masjid nusantara yaitu bedug dan masjid ini juga memiliki dua lantai.


Nama : Siti Munawaroh
Kelas : 1KPI-B
Nim :12305183042


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mbah Mesir : Tokoh Dibalik Tradisi Syawalan di Durenan Trenggalek

SEJARAH PERADABAN ISLAM MASUK DI KABUPATEN MADIUN