Sejarah Islam di Indramayu


Sejarah Islam di Indramayu

Kabupaten Indramayu adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Indramayu, Indramayu sebagai pusat pemerintahan, kabupaten ini berbatasan dengan laut Jawa di utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, serta Kabupaten Subang di Barat. Kabupaten Indramayu terdiri atas 31 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 313 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di kecamatan Indramayu, yang berada di pesisir Laut Jawa. Berdasarkan sumber-sumber asing dan cerita rakyat, daerah tersebut sebelumnya bernama Cimanuk karena terdapat di muara sungai Cimanuk. Cimanuk dahulu merupakan salah satu pelabuhan milik kerajaan Sunda. Meskipun Indramayu berada di Jawa Barat yang seharusnya berbudaya dan berbahasa Sunda, namun sebagian besar penduduk Indramayu menggunakan bahasa cirebon dialek Indramayu, bahasa tersebut terkenal dengan bahasa dermayon. Beberapa wilayah bagian selatan dan barat daya kabupaten Indramayu ini menggunakan bahasa sunda. Kondisi ini disebabkan bagian selatan Indramayu pernah menjadi wilayah kerajaan Galuh dan Sumedang larang.
Indramayu, Jawa Barat memiliki banyak situs berupa makam bersejarah. Terutama berkaitan dengan penyebaran Agama Islam di wilayah pantai utara (pantura). Sebagian dari makam-makam itu, dikeramatkan penduduk setempat. Makam yang tersebar di beberapa kecamatan itu, sebagian terpelihara dengan baik, sebagian masih asli alias belum tersentuh perbaikan. Keberadaan situs itu cukup penting dan perlu diketahui generasi penerus. Terutama pelajar, agar memahami sekaligus lebih menghargai hasil jerih payah generasi pendahulu, tatkala berjihad di jalan Allah SWT melawan kemungkaran. Guna memperkaya khasanah budaya, generasi penerus tak hanya harus mempelajari silsilah atau garis keturunan dari tokoh penyebaran ajaran Islam semata, tetapi memahami perjuangan tokoh penyebar agama islam tersebut.
Sejarah pengembangan Islam di Indramayu, tak terlepas dengan sejarah pengembangan Agama Islam di Cirebon. Sebab wilayah kabupaten Indramayu ini, sejak zaman dulu menjadi bagian wilayah kekuasaan Sunan Gunung Jati. Salah satu wali songo, Penyebar Agama Islam di Jawa. Tak terbayang, betapa kharismatiknya sosok Sunan Gunung Jati atau lebih di kenal Syekh Syarief Hidayatullah tersebut dalam mengembangkan ajaran Islam di Jawa. Khususnya di wilayah kabupaten Indramayu. Terbukti, banyak sekali makam-makam tokoh penyebar agama islam di Indramayu. Pengikut jejak Syeh Syarief Hidayatullah. Makam-makam itu nyaris tersebar merata di seluruh wilayah desa dan kecamatan. Sebagian makam-makam penyebaran ajaran Islam di Indramayu itu di keramatkan penduduk. Sehingga banyak didatangi peziarah, makam-makam itu secara fisik kondisinya lebih baik. Dibandingkan makam-makam yang dibiarka terlantar.
Pada tahun 1471 Sunan Gunung Jati datang ke Indramayu untuk men-Islamkan Ki Gede Babadan. Walaupun di daerah tetangga misalnya Cirebon Agama Islam sudah masuk sejak tahun 1415 dengan kehadiran Syekh Dzatu Kahfi dari mekah dan di Karawang sudah masuk sejak 1420 dengan kehadiran Quro dari Campa, namun berhubung tidak ada berita yang lebih tua dari itu mengenai perkembangan Agama Islam di Indramayu, maka kehadiran Sunan Gunung Jati ke Indramayu pada tahun 1471 itu di anggap sebagai saat mulai masuknya Agama Islam di Indramayu, dan orang pertama yang memeluk Agama Islam adalah Ki  Gede Babadan. Siapa nama Ki Gede Babadan itu, tidak begitu jelas, sebab sampai sejauh itu tidak ada berita yang menyambutnya. Namun mengingat kedudukannya sebagai Ki Gede, dapatlah dipastikan bahwa ia mempunyai kedudukan penting dalam lingkungannya. Melalui beliau Agama Islam pasti akan berkembang lebih cepat di indramayu.
RADEN Aria Wiralodra, seorang putra Adipati Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jateng, orang pertama yang datang membuka hutan belantara pedukuhan Cimanuk yang sekarang bernama Kabupaten Indramayu untuk menyebarkan Agama Islam kepada penduduk asli daerah ini. Raden Aria Wiralodra menyebarkan Agama Islam kepada penduduk asli Indramayu atas utusan atau perintah Sultan Demak. Tugasnya antara lain menyebarkan Islam kepada penduduk asli Indramayu atau yang dahulubernama pedukuhan Cimanuk.
H. Dasuki mengemukakan, salah satu bukti sejarah bahwa Raden Aria Wiralodra diutus Raden Demak menyebarkan Agama Islam kepada penduduk pedukuhan Cimanuk adalah dibangunnya Masjid Dermayu di Kecamatan Sindang. Disekitar Masjid Dermayu itu terdapat Makam Selawe atau Makam bersemayamnya 25 orang prajurit Raden Aria Wiralodra yang gugur ketika bertarung dengan Nyi Endang Dharma Ayu, kesatria wanita dari tanah seberang (Palembang). Selain masjid Dharma Ayu, ada bukti sejarah lainnya yaitu pedang Suduk. Senjata kebanggaan Raden Aria wiralodra yang pada kedua belah matanya terdapat tulisan arab gundul berupa Hijib Nasor, suatu amalan yang dapat di pakai dalam memelajari ilmu tenaga dalam. Pedang suduk itu panjangnya sekitar 60 Cm pada bagian atasnya tertera tulisan Arab gundul yang kalau dibaca berupa amalan qijib nasor. Pada pedang suduk itu pula tertera waktu pembuatan yaitu pada tahun 1265.
Kini pedang suduk itu tersimpan rapi di museum mini Pemkab Indramayu yang terletak di gedung pananiti depan pendopo Pemkab Indramayu. Pedang suduk selalu dijaga dan dipelihara dengan baik. Sehingga sampai sekarang, generasi muda masih bisa melihat benda bersejarah, peninggalan nenek moyang termasuk pendiri Indramayu yaitu Raden Aria Wiralodra. Setiap bulan memasuki bulan maulid atau Hari kelahiran Nabi Muhammad Saw, pedang suduk dan senjata peninggalan leluhur tetap terjaga dengan baik. Ia menambahkan, senjata peninggalan nenek moyang Indramayu sampai sekarang masih banyak tersebar pada ahli waris Raden Aria Wiralodra. Bahkan senjata peninggalan nenek moyang Indramayu itu sampai sekarang lebih banyak tersebar di luar Indramayu. Sebut saja di wilayah Kabupaten Cirebon, seperti daerah gegesik, Arjawinangun dan sekitarnya serta Kota Cirebon.
Indramayu tidak terlepas dari kehidupan beragamannya yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Penyebaran Islam di Indramayu berkat wali Songo khusunya Sunan Gunung Jati dan para alim ulama dari dalam dan luar negeri. Beberapa peninggalan bersejarah tersebut masih bisa dilihat hingga kini. Bangunan tersebut berupa masjid atau tempat ibadah untuk umat muslim.
Penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa  tidak lepas dari keberadaan Masjid kayu kuno Bondan di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Masjid tersebut memiliki beragam keunikan dan masih berdiri kokoh meski telah berusia ratusan tahun, ini adalah jejak jejak peninggalan sejarah Islam di kabupaten Indramayu, masjid ini dibangun sejak taun 1416. Kokoh kuno dan saksi sejarah merupakan julukan yang pantas untuk masjid panggung Darul Sajidin yang terletak di desa Bondan kecamatan Suka Gumiwang Indramayu Jawa Barat, masjid Bondan menjadi masjid salah satu masjid tertua di Pulau Jawa yang pernah di jadikan pusat penyebaran Agama Islam pertama di Jawa khususnya wilayah pantura.
Masjid ini memiliki segi ornamen bangunan yang unik karena memiliki denah bujur sangkar serta serambi berbentuk panggung dengan ketinggian 50 Cm, keunikannya juga terletak pada bagian dalam masjid dengan 16 tiang 4 diantaranya sebagai saka guruh yang berdiri diatas tumpukan batu. Masjid kuno beratapan tumpang satu dan memiliki mamolo pada puncak atap ini juga berciri khas bangunan Jawa, pada zaman dahulu mamol di bagian atap konon menyimpan mitos dapat memprediksi bencana yang kemungkinan terjadi di bangsa ini, menurut sejarah Masjid Bondan di bangun dalam waktu 3 hari 3 malam oleh ulama asal Mesir bernama Syekh Alimudin atau Syekh atas angin karena memiliki kekuatan berjalan di atas angin, hingga kini Masjid Bondan masih aktif di gunakan untuk aktifitas umat Islam dan kerap di gunakan untuk khataman Al-Qur’an dan kajian kitab kuning.
Masjid Abdurrahman pusat Syiar Islam di Indramayu. Robani Hendra permana, salah satu putra Almarhum Abdurrahman Basuri. Tujuan di bangunnya masjid itu tak semata hanya untuk tempat shalat. Namun, masjid tersebut juga diharapkan menjadi sarana dakwah dan syiar Islam bahkan sebagai pusat segala kegiatan. Dengan demikian, dari masjid itu bisa mewujudkan masyarakat religius.
“sebagaimana Rasulullah menggunakan masjid untuk menyebarkan dakwah dan membangun masyarakat madani,” tegas Robani.
Selain shalat berjama’ah, di masjid Abdurrahman Basuri juga diadakan kajian kitab hadits Arbain Nawawi dan Riyadus Shalihin. Adapula kegiatan tahfidz Al-Qur’an untuk anak-anak dan remaja, serta kegiatan tahsin atau baca tulis Al-Qur’an untuk anak-anak. Tak hanya itu, pada hari ahad juga sering ada kegiatan lainnya. Tak hanya yang dilaksanakan oleh Dewan kemakmuran masjid (DKM) Abdurrahman Basuri, kegiatan pun sering dilakukan oleh pihak luar yang meminjam menggunkan masjid tersebut.
Masjid Abdurrahman Basuri memang didirikan oleh putra-putri Almarhum Abduurrahman Basuri, untuk mewujudkan keinginan Almarhum yang bercita-cita membangun masjid. Namun meskipun demikian, mereka sangat terbuka kepada siapa saja untuk menggunkan masjid, selama tujuannya baik untuk syiar Islam dan dakwah. 
nama: humaida yahya
nim: 12305183040
kelas: KPI 1/B

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mbah Mesir : Tokoh Dibalik Tradisi Syawalan di Durenan Trenggalek

SEJARAH PERADABAN ISLAM MASUK DI KABUPATEN MADIUN

Sejarah Perkembangan Islam Di Jombang