Sejarah Islam di Kota Mojokerto

Sejarah Islam di Kota Mojokerto

Selain peninggalan Majapahit, Mojokerto juga kaya peninggalan bersejara era modern. Salah satunya yaitu Masjid Darussalam yang kini sudah berumur 124 tahun. Masjid yang berada di jalan Raya Gemekan, Kecamatan Sooko itu dibangun oleh Bupati pertama di Mojokerto pada zaman kolonial Belanda. Dibandingkan dengan tempat ibadah lainnya, Masjid Darussalam tergolong sederhana. Namun, masjid ini menjadi saksi bisu perkembangan islam di Mojokerto pada zaman penjajahan Belanda.
Takmir Masjid Darussalam, Achmad Mudzakir  yang kini sudah berusia 59 tahun mengatakan bahwa masjid ini dibangun oleh Bupati Kromodjoto Adinegoro III dengan nama kecil Raden Ersadan pada tahun 1893 itu dibuktikan dengan prasasti pembangunan yang terpasang di dalam masjid. Peletakan batu pertama dilakukan sang Bupati pada tanggal 15 Januari di tahun yang sama.
Bupati bergelar Raden Adipati Arya Kromodjoyo Adinegoro III ini merupakan Bupati Mojokerto pertama dari trah atau keturunan keluarga Kromodjayan. Raden Aersadan sebelumnya menjabat sebagai Bupati Lamongan pada tahun 1863 sampai 1866. Semasa menjabat sebagai Bupati Lamongan dan Mojokerto, Bupati Aersadan telah banyak mendirikan masjid.
Meskipun sudah berumur 124 tahun lebih, bangunan Masjid Darussalam mayoritas dipertahankan seperti aslinya. Mulai dari empat pilar utama dari pohon utuh yang menopang bangunan utama Masjid dan Joglo tempat azan, mimbar khotbah, tangga ke tempat azan di lantai dua hingga di tempat wudhu di sisi selatan Masjid tersebut. Tempat wudhu berbentuk segi enam dengan bak air yang berbentuk segi delapan.
Menurut Mudzakir, perubahan pada Masjid Darussalam hanya pada pintu, lantai, masjid, dan ruangan jama’ah putri saja.  Awal pembangunannya, pintu menggunakan kayu model persegi panjang dengan dua daun pintu.  Lima pintu terletak di depan tiga unit, sementara dua pintu lainnya terletak disamping kanan dan kiri sebagai akses jama’ah menuju ke tempat wudhu. Sementara teras Masjid dulunya hanya selebar dua meter, kini semakin di perluas. Perubahan dilakukan pada tahun 1990, dengan mengganti lantai masjid dengan keramik.
Bagian unit yang masih bertahan sampai sekarang adalah tangga masjid. Pada umumnya masjid dibangun dengan menara untuk adzan di luar bangunan utama, Masjid Darussalam mempunyai tangga yang tempatnya berada di tengah  ruangan utama. Tangga dari kayu dengan kerangka besi ini menuju kelantai dua yang di sebut joglo. Menurut Mudzakir, joglo yang berukuran 2x2 meter dengan lantai kayu itu berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan. Namun, sejak adanya pengeras suara, bagian ini tidak lagi difungsikan.
Selama bulan suci Ramadan, Masjid Darussalam tak pernah sepi jama’ah. Setiap sore menjelang waktu berbuka puasa, takmir menggelar ceramah agama. Selain itu, aneka takjil juga tersedia, dikarenakan Masjid ini berada di jalur nasional, sehingga ramai disinggahi pengunjung dari berbagai daerah yang ingin melepas lelah atau menunaikan shalat.
Keberadaan Masjid ini sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Ini karena nilai sejarahnya yang panjang dan menjadi pusat ritual keagamaan. Masjid ini secara tidak langsung juga ikut berkontribusi atas pergeseran dan perubahan dari zaman ke zaman.
Berikut gambar dari Masjid Darussalam Mojokerto:

(Tampak depan Masjid Darussalam kota Mojokerto. News.detik.com)

(Tempat wudhu Masjid Darussalam kota Mojokerto. News.detik.com)

(Teras depan Masjid Darussalam kota Mojokerto. News.detik.com)

(Tampak dalam ruangan utama Masjid Darussalam di kota Mojokerto.)

(Mimbar di Masjid Darussalam kota Mojokerto. News.detik.com)
Itulak salah satu sejarah islam di kota mojokerto yang masih terawatt hingga saat ini. mojokerto meninggalkan panjak sejarah, bukan hanya sejarah Majapahit atau kerajaan – kerajaan saja. Melainkan sejarah islam di kota Mojokerto masih di kenang dan banyak yang mempelajarinya. Sejarah tersebut akan di jaga dan di rawat hingga nanti.

Nama : Betari Putri Wikanti
Nim  : 12305183068
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : FUAD (Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwak)
Kampus  : Institut Agama Islam Negri Tulungagung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mbah Mesir : Tokoh Dibalik Tradisi Syawalan di Durenan Trenggalek

SEJARAH PERADABAN ISLAM MASUK DI KABUPATEN MADIUN

Sejarah Perkembangan Islam Di Jombang