Sejarah Masjid Aulia' Setono Gedong


SEJARAH MASJID AULIA’ SETONO GEDONG
download (2).jpeg
Kediri, kota yang terkenal dengan Simpang Lima Gumulnya ternyata juga ada situs sejarah yang menarik untuk dibahas yaitu masjid setono gedong. Berlokasi di tengah kota Kediri, dijalan Dhoho, persis deseberang stasiun kota Kediri. 
download.jpeg
Setono gedong merupakan sebuah komplek bangunan seluas 3 hektar yang terdiri dari sebuah masjid, masjid ajaib, pendopo, area pemakaman dimana bersemayam beberapa tokoh penting seperti Sunan Amangkurat mas III, Raja Solo ketiga, dan Sulaiman Al- Wasil Syamsudin atau mbah Wasil. Sebelum masuk kehalaman Masjid Setono Gedong Kediri terdapat gapura paduraksa dindingnya tebal, dan konon aslinya merupakan gapura candi.  
download (3).jpeg
Berbicara tentang situs setono gedong tidak akan terlepas dari legenda Sulaiman Al Wasil-Syamsudin atau mbah Wasil. Mbah Wasil dipercaya adalah seorang arab di Mekkah. Mbah Wasil, sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa para ahli adalah seorang ulama besar dari Persia yang dating ke Kediri untuk membahas kitab Musyarar atas undangan dari Raja Jayabaya. Mba Wasil merupakan tokoh penyebar agama islam di Kediri yang hidup sejaman dengan wali songo. Namun demikian, tidak ada keterangan jelas kapan dan beliau meninggal duia. Pada batu nisannya hanya bertuliskan kaligrafi kalimat syahadat yang terbingkai dalam gambar matahari pijar. Riwayat asal usul keluarganya serta waktu kedatangannya di Kediri juga terdapat beberapa versi oleh para ahli.
1.      Gaya Arsitektur Masjid Setono Gedong


download (4).jpeg
merupakan hasil akulturasi dari pembuatan halaman candi di tanah mendatar yang mengandung makna kaki, lereng, dan puncak gunung,karena umat Hindu Jawa pada masa lalu dalam membuat seni bangun berlandaskan pada bentuk Gunung Himalaya sebagai gunung yang disucikan di India. Masjid setono gedong yang memiliki 3 halaman, halaman pertama adalah masjid induk, halaman kedua adalah pendopo yang dibangun diatas reruntuhan Candi Hindu. Sedangkan pada halaman terakhir adalah makam Syeh Wasil Syamsudin. Terdapat hiasan masjid-makam yang mempunyai fungsi ganda yaitu fungsi teknis dan fungsi dekoratif. Sebagai fungsi teknis, hiasan pada masjid-makam berkaitan dengan kegunaan praktis / sebagai teknis bangunan. Sedangkan fungsi dekoratif, pada dinding masjid-makam digunakan untuk memperindah bangunan. Selain itu juga menyimpan pesan dan media untuk memenuhi tujuan religi-magis. Seperti teratai, daun-daunan, dll

2.      Pintu Gerbang masjid Setono Gedong

images.jpeg

Pintu gerbang jalan menuju Masjid Setono Gedong dibuat pada tahun 2002 dengan gaya kombinasi antara seni tradional dan modern. Gaya tradisional tampak pada hiasan yang memakai modif daun-daunan berjumlah tiga serta atasnya ditambah dengan modif bunga matahari pada masing-masing bagian sisi kanan dan kiri gapura. Sedangkan pada bagian atas gapura terdapat arca Garuda dengan membawa sebuah kendi di atas kepalanya. Pembuatan gapura luar ini ternyata sedikit mengadopsi dari ukir-ukiran maupun relief kuno kuno yang terdapat pada masjid-makam Syeh Wasil Syamsudin. Paling menarik dari pintu gerbang jalan menuju Masjid-Makam Setono Gedong adalah adanya arca Garuda membawa sebuah kendi, dan di bagian belakang kepalanya juga di tambah relief berupa kepala rajawali. Bunga matahari pada bagian sisi depan gapura sebagai lambang penerangan dan ketangguhan. Pintu gerbang masjid yang disebut gapura, oleh ulama Islam pada perkembangannya disamakan dengan kata “ghafur” artinya yang memberi ampun sekaligus juga bermakna pertobatan, permohonan ampun. Hal ini menunjukkan bahwa gapura masjid sebagai pintu tobat bagi setiap manusia yang telah menyadari akan dosa-dosanya. Karena Allah SWT dalam salah satu nama-nama sucinya disebutkan sebagai Al-Ghaffar yang berarti Maha Pengampun.
3. Pintu Gerbang Utama Masuk ke Lingkungan dan Serambi Masjid Setono gedong

setono-1.jpg

Masjid setono gedong bila dilihat dari sisi luar tampak seperti bangunan cina atau biasa disebut klenteng. Hal tersebut terjadi karena kelurahan setono gedong berada ditengah pusat pertokoan milik etnis cina. Selain itu juga didukung adanya sebuah kelurahan yang bernama Pocanan yang berada di sebelah utara Masjid Setono Gedong. Menurut Hutami (2010) wilayah Kelurahan Pocanan dahulu adalah sebuah tanah persil atau sima milik seorang bangsa Cina kaya bernama Po Cang An pada masa Kediri Kuno. Karena di sebelah barat Masjid Setono Gedong juga masih terdapat bekas-bekas toko milik orang Cina yang sudah lama tidak terpakai. Sedangkan Bangunan Masjid Setono Gedong baru dibangun pada tahun 1967, yang sebelum dibangun berupa bangunan masjid, kurang lebih tahun 1897 M di halaman situs Setono Gedong telah dijadikan tempat ibadah oleh penduduk setempat yang beragama Islam, dengan hanya masih beralaskan tanah. Pada saat sebelum berbentuk bangunan masjid, kemungkinan umat muslim cina yang tinggal di sekitar masjid juga ikut beribadah bersama masyarakat Kelurahan Setono Gedong. Maka dari itu muncul sikap interaksi sosial yang kuat sehingga menimbulkan rasa solodaritas yang tinggi. Sehingga pada saat pembangunan masjid tidak hanya menggunakan arsitektur  tipe Jawa saja, melainkan berbentuk perpaduan budaya dari bangsa Tionghoa dan masyarakat Setono Gedong. Bangunan pintu masuk area masjid memiliki bentuk yang sangat unik, karena meskipun dibuat dengan gaya modern masih memperlihatkan sedikit unsur tradisional. Karena pada bagian atas pintu gerbang tersebut dibuat cekung di tengah yang bentuknya menyerupai batu nisan makam kaum perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembuatan pintu gerbang ini, masyarakat setempat terinspirasi dari seni arsitektur pada batu nisan yang ada di makam belakang masjid. Masjid Setono Gedong memiliki serambi yang cukup luas. Tiang-tiang penyangga pada serambi masjid ini masing-masing dihiasi tulisan lafal “Allah” di bagian ujungnya. Selain itu di tembok serambi atau di atas pintu masuk ruang utama masjid terdapat ukiran-ukiran menggunakan huruf arab yang membentang dari selatan hingga utara serambi. Hiasan ukiran memanjang dan ramai pada dinding serambi tersebut mengingatkan kita pada tulisan-tulisan huruf cina yang berupa mantra yang dipercaya dapat mengusir roh jahat dan ditempatkan di dinding kuil-kuil Cina. Hal ini sangat memiliki arti kesamaan dalam tujuan pembuatannya, karena tulisan arab berupa aya-ayat suci Al-Qur’an yang di ukir pada dinding serambi masjid terebut tidak hanya dibuat sebagai hiasan saja tetapi juga dipercaya dapat mengusir roh jahat yang mengganggu manusia untuk beribadah. Pada bagian pojok timur laut serambi terdapat satu kentongan berposisi vertikal yang berlasdaskan kayu menyilang dan satu kentongan yang digantung berjajar dengan bedug. Pada kentongan yang ditempatkan dalam posisi tergantung. sebelum menyerukan adzan terlebih dahulu mengumpulkan orang-orang dengan cara memukul kentongan atau pun bedug. Kedua alat ini merupakan benda yang tradisional untuk memberikan tanda-tanda kepada masyarakat melalui media suara berdasarkan kode-kode tertentu. Sedangkan bedug, pada umumnya terbuat dari sebatang pohon yang dikeruk, dengan rentangan kulit kerbau atau sapi pada satu atau kedua sisinya. Selain waktu salat, pukulan bedug juga menandai awal dan akhir puasa, serta hari raya haji. Jadi pengaruh arsitektur cina bangunan Masjid Setono Gedong dapat terlihat pada pintu gerbang utama masjid, penempatan gaya ukiran memanjang di atas pintu masuk masjid, dan posisi bedug yang digantung pada bagian serambi.
Nama : Qurrotul ‘Ain
Kelas : KPI 1B
Nim : 12305183047

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mbah Mesir : Tokoh Dibalik Tradisi Syawalan di Durenan Trenggalek

SEJARAH PERADABAN ISLAM MASUK DI KABUPATEN MADIUN

Sejarah Perkembangan Islam Di Jombang