Masjid Tambakberas
Masjid Tambakberas
Masjid Tambakberas mempunyai ciri
khas yang unik sekaligus menarik untuk dikaji. Pada awalnya bangunan masjid dan
menara terpisah dari sisi jarak. Lalu bentuk menara yang antik terkadang
memunculkan makna tersendiri bagi orang orang yang iseng menafsiri.
Dalam sejarahnya, masjid ini di bangun pada periode mbah
Chasbulloh Sa’id, adapun dalam pemimpinan pembangunan dipercayakan kepada mbah
Syukur yaitu yang tak lain adalah putra dari Mbah Abdus Salam atau mbah Sechah.
Sedangkan pada masa itu Mbah Hasbulloh yang saat itu berperan sebagai tukang
ukur yang berjalan kesana kemari sambil membawa tali yang terbuat dari serat
pohon yang dikeringkan untuk mengukur kepastian luas dan lebar bangunan Masjid.
Mbah Hasbulloh dalam catatan
sejarah, meninggalnya pada tahun 1926 M. Satu pertanyaan yang muncul adalah
tahun berapa dimulai pembangunan? Berapa tahun bangunan Masjid ini tuntas
terselesaikan? Siapa arsitek dan muadzin pertama di masjid tersebut.
Bagaimana dengan menaranya? Dalam
sebuah kesempatan di kurun waktu 1920-1925 M, sesudah melakukan tirakat
panjangnya, KH. Hasbulloh pengasuh pondok pesantren bahrul ulum Tambakberas
Jombang, Jawa Timur memberikan sebuah pesan yang di tuliskan di menara masjid
sebelah selatan, Selesai menuliskan pesan tersebut, KH. Hasbulloh menutupinya
dengan kain satir dan berpesan kepada para santri agar jangan ada yang membuka
satir tersebut.
Beberapa tahun kemudian menjelang
wafatnya KH. Hasbulloh berpesan lagi kepada santrinya,”kalau misalnya aku sudah
meninggal, katakan kepada wahab untuk membuka tulisan dimenara tahun 1948”.
Setelah memberikan pesan tersebut, selang bebrapa bulan kemudian KH. Hasbulloh
wafat, pada tahun 1948, pesan KH. Hasbulloh untuk membuka satir di menara
masjid benar benar disampaikan oleh santri kepada KH Abdul Wahab. Dengan
didampingi para santri yang terus mengumandangkan sholawat burdah, beliau
membuka satir yang diikat dimenara masjid tersebut. Setelah dibuka, ternyata
dibalik satir terdapat ukiran huruf hijaiyah yaitu ح ر ت م.
belum jelas apa makna tulisan tersebut, KH
Abdul Wahab tentu penasaran dengan arti tersebut, namun setelah dilihat dengan
seksama beliau mulai mengerti maksud dari pesan tersebut. Jika huruf hijaiyah
itu bila di sambungkan mempunyai arti kemerdekaan yang sempurna. Ternyata benar
pada tahun itu, kemerdekaan indonesia mulai diakui oleh dunia. Agresi belanda
juga telah berhasil dipukul mundur. Dan tentu saja pada tahun itu pula
indonesia benar benar mersakan kemerdekaan. Yang sejatinya keadaan tersebut
sudah diukir di tembok menara oleh KH hasbulloh sejak 1920-an silam. Sedangkan
dimenara bagian barat Kalau di telusuri lebih lanjut ukiran tahun di menara
tertulis angka 1367 yang kalau masehi sekitar 1947/1948. Tahun yang tertulis
pada bangunan menara itu jika dalam ilmu sejarah biasanya menunjukan pertanda
selesainya bangunan tersebut. Jadi menara masjid Tambakberas selesai dibangun
pada tahun 1367 H. Terkait masjid dan
menara ini, Gus Syifa Malik juga pernah menjelaskan riwayat dari KH. Sholeh
Abdul Hamid “kalau masjidnya yang membangun mbah Hasbulloh Sa’id, tapi kalau
menaranya adalah mbah Hamid Hasbulloh.
Menara masjid Bahrul Ulum tersebut
terkadang disebut dengan menara tirakat karena waktu pembangunan menara itu
mbah Hamid selalu tirakat. Lalu dua riwayat tersebut dikuatkan pula oleh
kesaksian mbah Suroso, saksi hidup yang menyatakan bahwa menara Masjid
Tambakberas di bangun oleh mbah Hamid.informasi itu dapat dipercaya mengingat
Mbah Suroso adalah santri pada tempo dulu, beliau mulai mondok di Tambakberas
pada tahun 1950-an. Dulu, beliau adalah santri yang ditugaskan untuk menyapu
pondok serta masjid, sekaligus dipercaya sebagai bagian keamanan pondok.
Lalu muadzin pertama di Masjid
Tambakberas, Menurut cerita Kiai Nasir, muadzin pertama di Masjid Tambakberas
adalah pak Burhanuddin mertua dari pak Suroso. Walaupun pak Burhannudin
mempunyai kekurangan dari sisi fisik (agak pincang kalau berjalan), namun
suaranya lembut dan jernih. Semenjak berrdirinya menara, jika sudah waktunya
adzan pak Burhanuddin selalu naik sampai puncak menara sambil membawa corong
yang dipergunakan untuk pengeras suara adzan.
Saat mengumandangkan adzan, pak
Burhanuddin tidak hanya menghadap kesatu arah, akan tetapi beliau keliling ke
empat penjuru. Suara adzan yang seakan mengalir terbagi secara naluriah seiring
langkah kaki pak Burhanuddin. Begitu adzan selesai pak Burhannudin turun dari
menara lantas berjalan menuju pengimaman. Semenit kemudian masih dengan
suaranya yang lembut dan jernih belaiu melanjutkan dengan membaca pujian.
Masjid Tambakberas merupakan Masjid
tertua di Jombang dan Masjid ini juga menjadi cikal bakal berdirinya 4 pondok
di Bahrul ulum Tambakberas Jombang Jawa timur.
Nama : Widiya Rachmawati
No : 10
NIM : 12305183045
Komentar
Posting Komentar