SEJARAH ISLAM DI TULUNGAGUNG
SEJARAH ISLAM DI TULUNGAGUNG
Agama Islam
mulai masuk ke Indonesia kurang lebih pada abad ke XIII, yaitu disekitar daerah
Selat Malaka. Di daerah ini pulalah kerajaan Islam pertama berdiri. kerajaan
tersebut adalah Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Malik Al Saleh.
Pantai utara
Jawa dikuasai oleh bupati-bupati
Majapahit, mendapat kebebasan seluas-luasnya seperti halnya
daerah-daerah lain diluar pusat pemerintahan.
Bandar-bandar
pantai utara Jawa pemerintahan Majapahit merupakan Bandar-bandar yang ramai
dikunjungi pedagang-pedagang baik dari luar maupun dalam negeri. Wajar kalau
kerajaan Islam pertama di Jawa berdiri di sekitar pantai. Hal ini mungkin di
pengaruhi oleh makin melemahnya kekuatan Kerajaan Majapahit dan makin banyaknya
orang-orang di daerah itu yang memeluk agama Islam.
Dirumah-rumah
pendidikan seperti di pondok pesantren, ulama-ulama tekun mengajarkan agama
dengan penuh kekeluargaan dan berlaku untuk semua lapisan masyarakat tanpa
membedakan golongan dan asal keturunannya.
Menurut sejarah
diantara wali yang paling giat memimpin perjuangan melawan Majapahit adalah
Sunan Giri. Penambahan Bintoro berhasil membentuk kerajaan Islam di Demak yang
lepas dari Majapahit juga berkat bantuan Sunan Giri.
Perluasan Islam
dan perkembangan kerajaan-kerajaan pantai di Indonesia lebih cepat karena
kedatangan bangsa barat ke Indonesia. Kedatangan mereka selain mencari
rempah-rempah juga meneruskan gerakan perang salib. Karena itu kedatangan Portugis
saat itu disertai permusuhan terhadap orang-orang Islam.
Dikuasai Malaka
oleh orang-orang Portugis pada tahun 1511, menyebabkan makin tersebar luasnya
islam di wilayah Indonesia. Demikian pula perkembangan kerajaan-kerajaan Islam
di Jawa tidak dapat kita lepaskan dari faktor kedatangan orang Portugis ini.
Sebagai kelengkapan tindakan orang-orang Portugis memusuhi islam, disebarkanlah
agama Katolik. Maka dari itu di daerah Maluku banyak pemeluk agama Katolik, karena
di daerah itu orang-orang Portugis menanamkan kekuasaannya.
Kerajaan Demak
yang mengetahui bahasa Portugis ini berusaha sekuat tenaga untuk menentang baik
secara langsung menyerang pangkalan Portugis di Malaka atau dengan cara
memblokade beras yang sangat di butuhkan oleh orang Portugis.
Adipati Kudus (orang
portugis menyebutnya Pati Unus) telah menyerang langsung ke Malaka bersama-sama
dengan Aceh. Namun serangan ini tidak berhasil bahkan Adipati Unus gugur dalam
serangan itu.sepeninggalan Sultan Trenggono Demak mengalami kekacauan karena
perebutan kekuasaan. Setelah kemenangan Adiwidjaja, cita-cita kebebasan tidak
dapat dapat dipertahankan lagi karena faham rakyat pedalaman yang menganggap
raja adalah titisan dewa dan petuahnya sangat bertuah, tidak mudah dihilangkan
dengan paham baru yaitu agama Islam. Para wali dan ulama lainnya terpaksa
menggunakan persesuaian budaya dan filsafat Hindu-Budha untuk menyebarkan agama
Islam, namun sia-sia karena persepsi masyarakat yang tetap menganggap raja
adalah dewa dan dihidupi dengan upeti-upeti tidak dapat di hilangkan dan bahkan
makin berkembang pada zaman Mataram Islam.
Sebagai raja
Mataram yang pertama, Sutowidjojo menamakan dirinya sebagai Penembahan Senopati
ing Ugologo Sajidin Panoto Gomo. Selama pemerintahannya ia disibukkan dengan
bupati-bupati di wilayah pesisir yang menginginkan melepaskan diri dari
Mataram.
Pada tahun 1601
Senopati meninggal dan digantikan oleh anaknya yang bernama Mas Jolang. Pada
saat pemerintahannya daerah pesisir banyak yang melepaskan diri lagi, namun ber
hasil direbut. Hingga akhirnya ia meninggal di desa Krapyak dan dikenal sebagai
Senopati Sedo Krapyak. Kemudian digantikan oleh puteranya yang bergelar
Senopati ing Ngalogo Ngabdur Rachman atau lebih dikenal dengan sebutan Prabu
Agung Hanjokrokusumo. Pada saat itu V.O.C dating ke Indonesia dan di bawah
gubernur jendral J.P.Z. Coen, V.O.C. dapat merebuut Jakarta dari Banten dan di
bangun sebagai pusat kekuasaan V.O.C. dengan nama Batavia.
Sultan Agung
adalah sultan Mataram yang terbesar. Tidak hanya di bidang politik saja, tetapi
di bidang social-budaya, sstra dan filsafat pun mendapat perhatian. Bahkan ia
ia pernah menulis buku filsafat yang diberi judul “Sastra Gending”.
Menurut orang
Belanda keadaan Mataram pada masa itu dibagi menjadi dua, yaitu: tanah datar
sungai di Solo suburnya sebagai surga di dunia. Karena desa di sana banyak
sekali. Di jalan-jalan ramai karena banyak orang yang memikul barang-barang dan
banya gerobak yang berisi padi dan hasil kebun lainnya. Gambaran di atas tidak
jauh beda dengan apa yang kita ketahui di daerah kabupaten, termasuk di daerah
Tulungagungpada masa sebelum berakhirnya kekuasaan Hindia Belanda.
Kebiasaan
tersebut tidak hanya di terapkan di kraton pusat saja namun juga di daerah
kadipaten atau kabupaten. Bila kita perhatikan bangunan kota seperti
tulungagung juga susunan kota di daerah keratin tidak jauh beda. Seperti
keputren, taman sari, tempat kereta alun-alun dengan pohon beringin, masjid di
sebelah barat alun-alun dan sebagainya. Begitu pula dengan kebiasaan-kebiasaan
seperti latijhan perang yang di lakukan di sekitar alun-alun.
Di Tulungagung
sendiri juga ada latihan setangkasan dan lain sebagainya yang dikenal dengan
sebutan ”rampokan”. Latihan ini diadakan di tengah alun-alun dengan melepaskan
harimau yang dikelilingi oleh para prajurit dan punggawa. Oleh sebab itu
disebelah barat rumah kabupaten dinamakan sebagai “kandang macan”, karena
disitulah tempat para harimau sebelum dibawa ke gelanggang rampokan.
Impian Sultan
Agung adalah mempersatukan pulau jawa dibawah naungan mataram dan mengusir
V.O.C. dari pulau Jawa.
Sebelum Sultan
Agung naik tahta banyak daerah pesisir yang melepaskan diri dari Mataram. Untuk
menaklukkan kembali daerah-daerah ini Sultan Agung mengirim tentara yang
dipimpin oleh Surontani (suroantani) ke daerah Jawa Timur. Tetapi penaklukan di
sekitar pesisir tidak berhasil, namun penaklukan di daerah pedalaman dapat dikuasai. Kegagalan di daerah pesisir
dikarenakan kuatnya keinginan untuk melepaskan diri dari Mataram. Atas
keinginan Adipati Surabaya dewan penasehatnya Sunan Giri, daerah seperti Lasem,
Tuban, Worosobo, Pasuruan, dan Madura bersekutu menyerang Mataram. Tetapi
sebeluh sampai di Mataram, ekspedisi itu gagal karena kekurangan bahan makanan
dan dapat dipukul mundur oleh pasukan Mataram.
Tumenggung
Surontani yang telah berhasil menaklukkan daerah pedalaman di Jawa Timur di
tempatkan oleh Sultan Agung di daerah Wajak untuk mengawasi dan melaksanakan
perintah-perintah Sultan Agung di daerah itu.
Sejak saat
itulah Surontani berusaha memajukan daerah yang menjadi tanggung jawabnya,
dengan mengembangkan pertanian di desa-desa sekitar sungai ngrowo. Hal ini
sesuai dengan sifat nageri Mataram yang mewajibkan setiap daerah mengembangkan sector
pertaniannya untuk menunjang tegaknya Negara agraris Mataram.
Tumenggung Surontanu
pernah berselisih oleh Sultn Agung, kemungkinan terjadinya perselisihan
dikarenakan usaha Sultan Agung yang ingin memonopoli penjualan beras dalam
rangka memblokade ekonomi untuk menentang V.O.C. Surontoro yang terikat aturan
itu tidak bias menjual beras dengan bebas, sehingga ia menentang aturan itu.
Pada tahun 1628
dan 1629 Sultan Agung menyerang Batavia, namun penyerangan itu mengalami
kegagalan karena persenjataan yang kurang memadai dan persediaan makanan dan
juga perhubungan yang minim. Dan pada tahun 1645 Sultan Agung meninggal pada
saat akan menyerang ke Batavia.
Sepeninggalan
Sultan Agung Mataram di perintah oleh Sunan Amangkurat I. sifat Amangkurat
sangat jauh berbeda dengan ayahnya. Ia cenderung berkompromi dengan V.O.C. hal
ini sangat ditentang oleh para bangsawan hingga para ulama. Keadaan semacam ini
membuat Sunan lebih kejam yang menyebabkan perang Trunodjojo. Tahun 1677
trunojoyo dapat menguasai karta (ibu kota) dan Amangkurat I melarikan diri. Dan
digantikan oleh anaknya Adipati Anom.
V.O.C. telah
besar pengaruhnya terhadap mataram. Maka Adipati Anom meminta bantuan Serupati
dan berhasil membunuh pemimpin serdadu V.O.C. yang dikirim ke Kartosuro
Untuk mengatur segala
pemungutan dan penyerahan upeti untuk V.O.C. segera diadakan rapat bupati.
Dalam rapat tersebut dihadiri 43 kabupaten. Pada saat itu Tulungagung hanya
sebagai ketumenggungan Wajak dirubah menjadi Kabupaten Ngrowo, yang
berkependudukan di kalangbret. Kyai Ngabei Mangundirono adalah bupati pertama
Ngrowo di Kalangbret. Dia menjadi bupati kira-kira sampai masa pemerintahan
Amangkurat IV, Amangkurat IV adalah putra Paku Buwono I.
Bupati Ngrowo
memberi kuasa kepada saudaranya, Haji Mimbar di Tawang Sari untuk melaksanakan hukum
nikah dan sebagainya kepada orang yang membutuhkannya. Piagam pemberian
wewenang menikahkan itu sampai sekarang masih di simpan di desa Majan oleh
keturunan-keturunan (keluarga) Haji Mimbar. Piagam itu ditulis dengan tulisan
tangan dengan arab-gundul, adapun isinya sebagai berikut:
“Asesulih
ingsun ing sira Dimas Haji Mimbar ing angetrapaken hukum nikah ing wong wadon
kang duwe wali lan kang ora duwe wali, lan ing talak, lan ing faasah, lan ing
dihar, lan ing li’an , lan ing ila’, lan ing nata, lan ing nikah, lan ing
akidah, lan ing rujuk, lan ing khuluq, lan ing ngidwadl, lan ing ngakawin, lan
ing zakat, lan ing fitrah, lan ing waris, lan ing ta’sir kang metu sangka
perkara kang wus kasebut ngarep iku mau kabeh. Amatrapi hukum ing wong kang
anak ing bumi desa kang pada kereh ing adiki Mas Hadji Mimbar kabeh.
Serat, Ahad 16
Rabi’ul akhir tahun 1652(tahun jawa).
Kajaba titi
mangsa yen ana kawula utawa umat anyuwun nika kena ora adiku Mas Hadji Mimbar
iya nglaksani apa kang dadi sarat nikahe kawula umat.”
Pengganti Kyai Ngabei Mangundirono adalah
Tondowidjojo keturunan Surontani. Bupati inilah yang kota kabupaten di
Kalambret Tulungagung. Desa Ketandan adalah bekas tempat kediaman bupati atau
keluarganya.
Menurut
Perjanjian Gainti, pembagian wilayah didasarkan atas kesuburan daerah dan jumlah
yang harus dibagi menjadi dua, yaitu Surakarta danYogyakarta.
Menurut
pembagian tersebut Kalangbret dan Ngrowo termasuk daerah kesultanan (Jogya).
Setelah berdirinya kesultanan Jogyi belum berarti kekacauan telah selesai,
sebab RM Said masih belum menghentikan pemberontakannya. Bahkan dengan
bertahtanya Mangkubuwono sebagai Sultan Hamengku Buwono I musuh RM Said
bertambah.
Nama : Nurin Afrina Fatin
NIM : 12305183062
Jurusan : KPI
IB
Komentar
Posting Komentar