Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Sunan Kuning Tulungagung

Gambar
SUNAN KUNING TULUNGAGUNG             Meneliti dan mengamati beberapa situs benda cagar budaya Islam, dapat digunakan untuk melacak proses islamisasi di suatu daerah. Berdasarkan data-data yang ada tersebut nantinya dapat digunakan untuk menelusuri dan menganalisa kapan dan bagaimana proses islamisasi di suatu daerah.             Melacak masuknya ajaran agama Islam, merupakan suatu pekerjaan yang sulit dan membutuhkan keuletan, ketelitian, dan waktu yang cukup lama.             Sebagaimana untuk mengetahui proses masuknya agama Islam ke wilayah kadipaten Ngrowo ini, yang sekarang menjadi kabupaten Tulungagung. Yang dapat menjadi bukti dan referensi telah terjadi proses islamisasi di kabupaten ini. Sebagaimana Masjid  tiban Sunan Kuning terletak di desa Macanbang kecamatan Gondang kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.             Masjid yang terdapat makam di sebelahnya (makam Sunan Kuning) berada di tengah- tengah pemukiman penduduk, dikelilingi oleh pagar batu bata seting

PERKEMBANGAN ISLAM DI TANAH JAWA

PERKEMBANGAN ISLAM DI TANAH JAWA A. Masuknya Agama Islam di Kediri Sejarah Islam di Jawa sementara ini dikatakan secara arkeologis adalah dimulai dari abad ke-13 khususnya di Jawa dibuktikan dengan angka tahun yang tertera pada nisan Fatimah binti Maimun bin Hibatallah dengan angka tahun 475 H (1082 M). Realitas persebaran Islam dibawa oleh pengelana dan pedangang dari pelabuhan Siraf di Teluk Persi. Pendapat Donald Maclain Campbell dalam bukunya Java, menyatakan bahwa orang-orang Arab muslim dan Persi telah bekerja sama dalam mendirikan Kerajaan Majapahit. Mereka juga bersekutu dalam mendirikan kerajaan Jenggala, Daha dan Singasari. Mereka telah memiliki pemukiman. Pendapat tentang nisan Fatimah binti Maimun bin Hibatallah menunjukkan dinamika pelabuhan internasional kerjaan Panjalu di daerah Kambang Putih dan Hujung Galuh sebagai pelabuhan dagang internasional. Pembuktian secara artefaktual dapat ditunjukkan satu bukti namun sangat lemah yaitu adanya tulisan yang berupa epitaph

Syekh Jumadil Kubro – Troloyo Mojokerto

Nama : Naili Farkhati Fakultas/Jurusan : FUAD / KPI 1 B Judul : Syekh Jumadil Kubro – Troloyo Mojokerto Syeh Jumadil Kubro adalah salah seorang ulama besar yang merupakan bibit kawit atau cikal bakal dalam penyebar agama Islam di pulau Jawa. Syekh Jumadil Qubro yang berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia Tengah ini, diyakini sebagai keturunan ke-10 dari al-Husain, cucu dari Nabi Muhammad SAW. Syeikh Jumadil Kubro merupakan tokoh kunci proses Islamisasi tanah Jawa yang hidup sebelum wali songo. Seorang penyebar Islam pertama yang mampu menembus dinding kebesaran Kerajaan Majapahit. Syeikh Jumadil Kubro bernama lengkap Syeikh Jamaluddin al-Husain al-Akbar. Silsilah Syekh Jumadil Qubro adalah Sayyid Jumadil Kubro bin Sayyid Zainul Khusen bin Sayyid Zainul Kubro bin Sayyid Zainul Alam bin Sayyid Zainal Zainal Abidin bin Sayyid Khusen bin Siti Fatimah binti Rasulullah Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul Mutholib. Pada awalnya, Syekh Jumadil Qubro dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrah
MASJID BAITURRAHMAN DI DESA KERAS KULON, NGAWI MERUPAKAN SALAH SATU SYIAR MASUKNYA ISLAM DI KABUPATEN NGAWI Ngawi merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di provinsi Jawa Timur kabupaten ini berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Ngawi memiliki 19 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 217 desa dan dikelompokkan menjadi 4 kelurahan. Ngawi merupakan kabupaten yang cukup luas dibandingkan  kabupaten  lainnya yang terdapat disekitar kabupaten Ngawi. Kabupaten Ngawi juga berbatasan langsung dengan kabupaten-kabupaten lainnya, seperti disebelah utara kabupaten Bojonegoro, sebelah timur kabupaten Madiun, sebelah barat kabupaten Sragen, dan sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten Magetan. Ngawi sendiri berasal dari kata awi yang berasal dari bahasa sansekerta artinya bambo, yang memiliki tambahan “ng” sehingga menjadi kata Ngawi.  Dinamakan Ngawi karena dulu di kabupaten Ngawi terdapat banyak tanaman bambo Ngawi yang merupakan kota yang lumayan besar tersebut juga

SEJARAH ISLAM DI TULUNGAGUNG

SEJARAH ISLAM DI TULUNGAGUNG Agama Islam mulai masuk ke Indonesia kurang lebih pada abad ke XIII, yaitu disekitar daerah Selat Malaka. Di daerah ini pulalah kerajaan Islam pertama berdiri. kerajaan tersebut adalah Kerajaan Samudra Pasai yang didirikan oleh Malik Al Saleh. Pantai utara Jawa dikuasai oleh bupati-bupati   Majapahit, mendapat kebebasan seluas-luasnya seperti halnya daerah-daerah lain diluar pusat pemerintahan. Bandar-bandar pantai utara Jawa pemerintahan Majapahit merupakan Bandar-bandar yang ramai dikunjungi pedagang-pedagang baik dari luar maupun dalam negeri. Wajar kalau kerajaan Islam pertama di Jawa berdiri di sekitar pantai. Hal ini mungkin di pengaruhi oleh makin melemahnya kekuatan Kerajaan Majapahit dan makin banyaknya orang-orang di daerah itu yang memeluk agama Islam. Dirumah-rumah pendidikan seperti di pondok pesantren, ulama-ulama tekun mengajarkan agama dengan penuh kekeluargaan dan berlaku untuk semua lapisan masyarakat tanpa membedakan golongan

Mbah Mesir : Tokoh Dibalik Tradisi Syawalan di Durenan Trenggalek

Mbah Mesir : Tokoh Dibalik Tradisi Syawalan di Durenan Trenggalek             Hari raya Idul Fitri adalah hari raya yang sangat ditunggu – tunggu oleh umat Islam. Dimana hari raya tersebut merupakan hari dimana banyak orang yang melakukan tradisi bermaaf – maafan. Di hari setelah hari raya Idul Fitri ada 6 hari dimana kita di sunnahkan untuk berpuasa yang bernama puasa Syawal. Bagi masyarakat Durenan, Trenggalek, setelah menjalankan puasa sunnah tersebut ada tradisi yang sudah lama dilakukan yaitu tradisi Syawalan / Kupatan. Dimana semua warganya melakukan simakrama ( open house ).             Tradisi ini bermula ketika banyak masyarakat Durenan, Trenggalek yang mengikuti tradisi dari Mbah Mesir atau Syekh Abdul Mahsyir. Beliau adalah salah satu tokoh yang sangat dihormati masyarakat pada waktu itu. Beliau merupakan putra dari Yahudo, salah satu prajurit perang Diponegoro yang berhasil kabur dari tangkapan Kolonial Belanda ketika Pangeran Diponegoro tertangkap dan diasingkan p